socialdarknet.com –
Jakarta – Iron Dome merupakan sistem pertahanan udara milik Israel yang mana digunakan selama ini dikenal canggih. Tingkat kesuksesan serta akurasinya mencapai 96% dalam mendeteksi serangan roket musuh.
Namun, dalam perang bersenjata dengan Hamas, nyatanya Iron Dome mampu dikelabui. Pasukan Hamas melakukan taktik penyerangan roket dalam jumlah total keseluruhan banyak, sehingga Iron Dome kebingungan.
Lantas, sehebat apa sebenarnya Iron Dome? Berikut fakta-fakta permasalahan sistem pertahanan udara Israel tersebut, dikutip dari Reuters, Senin (9/10/2023).
Iron Dome Dibuat dengan Bantuan AS
Sistem pertahanan Iron Dome berbasis Rafael Advanced Defence System yang digunakan hal itu dikembangkan Israel dengan bantuan Amerika Serikat (AS). Alat pertahanan yang mana disebut terinsiprasi untuk melawan serangan roket dari Lebanon yang dimaksud mana menargetkan Israel pada 2006 lalu. Operasional resminya dimulai pada 2011.
Iron Dome Menghadang Roket kemudian juga Drone
Setiap unit Iron Dome dijalankan untuk menghadang serangan jarak dekat, seperti roket lalu drone yang mana mengudara dalam langit.
Iron Dome Jadi Incaran Dunia
Akurasi Iron Dome yang mana menakjubkan menarik perhatian dunia. Dua elemen penyimpan daya Iron Dome pernah dikirim untuk militer AS pada 2020 lalu. Ukraina juga disebut mengajukan permohonan suplai Iron Dome untuk melawan Ukraina. Israel mengatakan sejauh ini cuma membantu Kyiv untuk dukungan kemanusiaan lalu pertahanan sipil.
Iron Dome Dikembangkan untuk Pertahanan Laut
Versi Iron Dome yang digunakan bertujuan melindungi aset kapal militer mulai dikerahkan sejak 2017 lalu.
Deteksi Iron Dome Khusus untuk Area Padat Populasi
Sistem Iron Dome secara cepat mendeteksi serangan roket yang menargetkan area padat populasi. Jika tak ada populasinya, sistem Iron Dome akan menghiraukan serangan.
Biaya untuk Sistem Deteksi Israel
Sistem pendeteksi Iron Dome memakan biaya ribuan hingga jutaan dolar untuk menjatuhkan serangan yang digunakan hal tersebut datang. Iron Dome mengembangkan sistem berbasis laser untuk melumpuhkan roket serta drone musuh, yang tersebut dimaksud biayanya ditaksir US$ 2 per pendeteksian.
CNBC
Editor : Zidan Ananda